Workshop Buat Blanko Lontar di Penaban

3 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Lontar tersebut sebagai media untuk menulis naskah. Kegiatan itu melibatkan 28 peserta, terdiri dari 5 laki-laki dan 23 perempuan. Hadir dua narasumber, yakni I Dewa Putu Raka dan AA Gede Raka Buana, dan moderator I Nyoman Nurai. Acara dikoordinasikan Penyarikan Desa Adat Dukuh Penaban I Nengah Sudana Wiryawan.

Narasumber I Dewa Putu Raka membeberkan, membuat blanko terlebih dahulu mesti menyiapkan daun lontar yang telah dipilih secara kualitas, baik lebar dan panjang. Tahapan berikutnya dengan cara merebus daun lontar yang telah disortir, di dalam merebus juga diisi obat-obat tradisional agar tahan lama, agar daun lontar tidak berserakan di dalam wajan atau panci saat air mulai mendidih, maka perlu ditindih gunakan kayu.

Dijelaskan, lontar direbus selama 6 jam, selanjutnya dijemur dan  dipres agar rata dan lurus. “Setelah daun lontar kering dan lurus, kemudian dipilah, lalu dipotong sesuai kebutuhan panjang lontar,” katanya.

Jelas Dewa Raka, proses pembuatan blanko sepenuhnya secara tradisional. Agar dapat kualitas yang baik, sejak awal pemilihan daun lontar dilakukan dengan memilah daun lontar yang panjang lebar dan usianya telah tua. Nantinya blanko ini digunakan untuk menyurat aksara Bali dengan hasil karya yang tahan lama.

Dewa Raka mengakui, kegiatan membuat blanko lontar selama ini sulit bisa melibatkan generasi muda. Kebanyakan dari kalangan lanjut usia. Setiap tahapan membuat blanko lontar mesti sabar, perlu hati-hati, dan proses panjang untuk mendapatkan hasil berkualitas.

Penyarikan Desa Adat Dukuh Penaban I Nengah Sudana Wiryawan mengatakan, di Museum Pustaka Lontar terbilang lengkap dalam urusan perlontaran. Mulai dari membuat blanko atau media untuk tulis naskah di daun lontar, tata cara belajar nyurat aksara Bali di daun lontar, membuat prasi di daun lontar, hingga mengenal lontar di museum.

“Di sini ada pembimbingnya, baik untuk nyurat aksara Bali di daun lontar atau tata cara membuat blanko lontar, namanya Ida I Dewa Gede Catra. Banyak wisatawan datang belajar nyurat aksara Bali,” jelasnya. 

Kata dia, di Objek Wisata Museum Pustaka Lontar ada istilah melali sambil melajah (berrekreasi sambil belajar), dalam arti pengunjung yang datang berwisata dapat elajar. Pemerhati lontar, Ida I Dewa Gede Catra setiap hari ada di objek ini sehingga pengunjung yang berniat belajar selalu ada pemandu.7k16
Read Entire Article