ARTICLE AD BOX
Upaya pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos ini sudah berjalan dari tahun 2017.
Selain mengurangi timbulan sampah organik, pengolahan ini juga bisa memberikan alternatif bagi petani atau pencinta tanaman untuk menggunakan pupuk kompos dibandingkan menggunakan pupuk kimia.
Ketua KSM Sekar Tanjung, I Putu Sila Dharma mengatakan, adanya pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos bertujuan mengurangi volume sampah residu yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Disamping itu juga mengurangi penggunaan pupuk kimia di masyarakat. “Dengan adanya pengolahan di sini bisa sampai 4 ton kita kurangi residu ke TPA. Selain itu untungnya lingkungan jadi subur dan alami dengan penggunaan pupuk kompos," ucap Sila Dharma saat ditemui di TPS3R Sekar Tanjung, Desa Sanur Kauh, Denpasar Selatan, Denpasar, Senin (21/4).
Ia menerangkan, proses pengolahan hingga menjadi pupuk kompos bisa memakan waktu kurang lebih 3 bulan. Proses pengolahan dilakukan mulai dari pencacahan menggunakan mesin, dibuat gundukan untuk difermentasi, dimasukkan dalam mesin lagi hingga diayak menggunakan mesin saat menjadi kompos. “Jadi nanti sekitar 3 bulan atau masuk finishing dengan diayak pakai mesin, sudah seperti pasir-pasir,” jelas Sila Dharma.
Dalam sebulan menurutnya, penjualan pupuk kompos ini bisa tembus 100 sampai 150 karung dengan ukuran karung 10 kilogram. Pihaknya membandrol harga Rp 10.000 per karung. Namun, Sila Dharma menegaskan, penjualan kompos ini tidak mencari profit karena tujuan dasar pengolahan ini untuk mengurangi residu sampah ke TPA.
Disamping itu juga belum ada izin produksi dari pemerintah daerah sehingga belum bisa dipasarkan secara luas. “Kita harapkan ya kepada pemerintah daerah agar difasilitasi terutama untuk izin produksi diurus sehingga kita bisa menjual atau mendistribusikan baik di Bali maupun ke luar Bali,” tegasnya.
“Karena kendala saat ini ya pemasaran saja persoalannya. Kita belum mendapat izin produksi sehingga hanya diproduksi untuk kebutuhan kecil saja. Paling yang biasa beli itu petani di sekitar sini, penghobi tanaman, dari vila-vila, dan hotel. Tetapi sifatnya reguler begitu tidak ada pelanggan tetap,” imbuh Sila Dharma. cr80