Putu Bonuz Pamerkan ‘Wave Dance’ di Sudakara Art Space Sanur

9 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Dalam karya-karyanya, Bonuz banyak menampilkan warna biru yang menggambarkan dinamika ombak, serta sentuhan warna hitam dan tekstur kasar yang menyerupai tebing-tebing pesisir. Bentuk gunung yang samar kadang muncul sebagai representasi Gunung Agung, ikon lanskap masa kecilnya.

“Wave Dance adalah ungkapan visual tentang bagaimana laut menyentuh daratan, sama halnya seperti warna menyentuh kanvas,” ujar Bonuz saat pembukaan pameran, Kamis (16/5). “Saya ingin mengajak pengunjung melihat laut bukan hanya sebagai lanskap, tapi sebagai bagian dari perjalanan hidup dan identitas.”


Bonuz menuturkan bahwa istilah "tarian ombak" dalam pameran ini juga merepresentasikan dinamika pikiran dan perubahan hidup yang ia alami sebagai warga Nusa Penida. Menurutnya, banyak fakta sosial di kampung halamannya yang tidak bisa diubah secara langsung karena berbagai kepentingan kekuasaan, sehingga ia memilih meluapkan refleksi tersebut ke dalam karya seni.

“Laut bagi saya adalah ruang kontemplasi. Ketika pulang kampung, energi laut itu seakan memeluk kembali. Tapi bukan dalam narasi sosial secara gamblang, melainkan melalui keindahan visual dan ekspresi warna,” ungkap Bonuz.

Dalam proses kreatifnya, Bonuz menggunakan teknik cipratan warna yang menyerupai buih ombak menghantam dinding kapal cepat (fast boat). Menurutnya, satu lukisan tidak pernah benar-benar selesai, karena rasa dan narasi terus berkembang, hingga melahirkan kanvas baru.

“Warna gelap dalam karya saya bukan simbol muram, tapi kekuatan dan energi. Sebagai orang ajum (kelahiran dan kematian yang bertepatan), saya percaya kehidupan itu ritmis. Saya hanya menyodorkan keindahan dari cara pandang saya,” imbuhnya.

Putu Bonuz lahir di Nusa Penida, Klungkung, 30 Desember 1972. Ketertarikannya pada seni muncul sejak kecil, salah satunya ketika diminta melukis bagian jukung (perahu nelayan) di kampung halamannya. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Batubulan Gianyar, kemudian melanjutkan ke Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

Selain melukis, Bonuz juga berkarya dalam bentuk instalasi, bermain musik, dan menulis puisi. Sejumlah pameran tunggal dan kelompok telah ia ikuti, baik di dalam maupun luar negeri. Di antaranya Magic Sound di Maya Gallery, Singapura (2014), Be Happy di Sand Fine Art Gallery, Sanur (2013), serta NU-Abstract di Langgeng Art Foundation, Yogyakarta (2018). Ia juga meraih beberapa penghargaan, termasuk Semi Finalist Philip Morris Art Award VI (1999) dan Best Artwork Kamasra ISI Denpasar (1995, 1997, 1998).

Tentang Sudakara Art Space

Sudakara Art Space merupakan bagian dari Sudamala Resort, Sanur, yang dikenal sebagai ruang seni aktif menampilkan karya seniman Indonesia. Sejak berdiri pada 2011, Sudamala Resorts telah berkembang ke berbagai lokasi seperti Amed (Bali), Senggigi (Lombok), dan Labuan Bajo (Flores), dengan komitmen pada pelestarian seni dan budaya lokal.

Pameran Wave Dance terbuka untuk umum setiap hari. Pengunjung diajak menikmati pengalaman visual yang bukan sekadar permainan warna dan bentuk, tetapi juga jendela menuju ingatan, energi alam, dan spiritualitas kehidupan pesisir.

Read Entire Article