ARTICLE AD BOX
Prosesi palebon yang berlangsung khidmat itu dimulai dari kediaman almarhum di Banjar Senibun. Jenazah Jro Mangku Nengah Setar dinaikkan ke bade tumpang pitu (bade bertingkat tujuh), lalu diiring menuju setra. Di barisan depan, tampak tragtag (tangga) dan lembu putih sebagai sarana pembakaran.
Setibanya di Setra Sakti, perhatian warga tertuju pada dua mobil Suzuki Carry yang masih berpelat nomor sementara warna puth (belum bernomor polisi). Mobil yang baru dikirim pada 21 Februari 2025 dengan harga masing-masing sekitar Rp 200 juta itu ditempatkan di perapian setra sebagai alas lembu. Setelah jenazah dimasukkan ke dalam lembu, prosesi dilanjutkan dengan pembakaran lembu dan kedua mobil tersebut secara bersamaan.
Menanggapi viralnya palebon menyertakan mobil pick up ini, I Putu Gede Mahendra Giri selaku sahabat dekat almarhum, menyampaikan bahwa pembakaran mobil dalam prosesi tersebut merupakan bagian dari wasiat Jro Mangku Pasek Nengah Setar semasa hidup.
Wasiat tersebut, menurutnya, sudah disiapkan jauh hari sebelum almarhum wafat. "Ini bentuk penghormatan terakhir. Jangan dilihat dari nilai materi, tapi dari sisi spiritual dan budaya. Keluarga hanya menjalankan keinginan terakhir almarhum," tulisnya di media sosial.
Mahendra Giri mengungkapkan jika dalam tradisi dan kepercayaan tertentu, hal ini bisa menjadi bagian dari penghormatan terakhir sesuai dengan permintaan almarhum.
“Yang terpenting adalah menghormati adat dan keputusan keluarga. Setiap budaya memiliki cara tersendiri dalam melepas kepergian seseorang, dan jika itu memang permintaan terakhir almarhum serta dilakukan dengan KESADARAN penuh oleh keluarga, maka itu adalah hak mereka,” tulisnya.
Ia pun mengaku melayat langsung pada 8 - 9 Maret 2025, dan diketahui bahwa almarhum Jro Mangku Pasek Nengah Setar meninggalkan surat wasiat yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.
“Daripada fokus pada nilai materi, mungkin lebih baik melihatnya dari sudut pandang budaya dan spiritual yang mendasarinya. Setiap orang punya cara berbeda dalam menunjukkan bakti dan penghormatan kepada leluhur. Mari saling menghormati TANPA menghakimi,” pungkasnya.
Jro Mangku Pasek Nengah Setar merupakan tokoh masyarakat sekaligus pengusaha terkemuka di Nusa Penida. Ia dikenal sebagai pemilik hotel dan operator boat cepat. Selain dikenal dermawan, ia juga dikenal kritis terhadap pembangunan infrastruktur di Klungkung, khususnya Nusa Penida. Suaranya sering mewakili aspirasi warga, terutama terkait kebutuhan dasar seperti jalan dan air bersih.
Almarhum berpulang pada usia 75 tahun, Sabtu (15/2), setelah sempat dirawat di RS Prima Medika Denpasar akibat serangan jantung. Sosoknya yang tegas, tulus, dan peduli membuatnya sangat dihormati oleh masyarakat Nusa Penida.