Warning: session_start(): open(/home/beritanet/public_html/src/var/sessions/sess_a04933a76428f2305c32fa71e774f41d, O_RDWR) failed: No space left on device (28) in /home/beritanet/public_html/src/bootstrap.php on line 59

Warning: session_start(): Failed to read session data: files (path: /home/beritanet/public_html/src/var/sessions) in /home/beritanet/public_html/src/bootstrap.php on line 59
Ogoh-Ogoh ‘Tattwaning Kalisangara’ ST Yowana Pratyaksa Bualu, Nominasi 1 Zona Kuta Selatan - BeritaNet

Ogoh-Ogoh ‘Tattwaning Kalisangara’ ST Yowana Pratyaksa Bualu, Nominasi 1 Zona Kuta Selatan

6 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
MANGUPURA, NusaBali
Banjar Bualu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, kembali menghadirkan karya spektakuler dalam perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1947. Tahun ini, Sekaa Teruna (ST) Yowana Pratyaksa all out dalam menampilkan ogoh-ogoh bertajuk 'Tattwaning Kalisangara' yang mengusung konsep mendalam tentang siklus kehidupan manusia dan pengaruh Sad Ripu. Ogoh-ogoh ini memiliki dimensi luar biasa dengan berat lebih dari 1 ton, tinggi 5 meter dari atas beti, lebar 4,5 meter, serta menampilkan tujuh tokoh menjadikannya salah satu ogoh-ogoh 'Big Size' yang ekstrem. Tidak hanya dari segi ukuran, biaya pembuatannya juga mencapai Rp 140 juta.

Arsitek dan Koordinator Penggarap, I Komang Triyandika alias Mang Pendol menjelaskan bahwa konsep ogoh-ogoh ini terinspirasi dari filosofi Tattwaning Kalisangara, yang dapat dimaknai sebagai Kaliyuga, era di mana manusia terpengaruh oleh Sad Ripu (enam musuh dalam diri manusia). Dia menjelaskan, tujuh tokoh yang ditampilkan dalam ogoh-ogoh ini merupakan representasi dari karakter Sad Ripu.

Tokoh pertama adalah Krodha, divisualisasikan sebagai raksasa yang berwarna merah dengan kulit melepuh akibat kemarahan yang membara. Kedua tokoh Kama ditampilkan sebagai manusia bermata banyak yang melambangkan seseorang yang mata keranjang atau memiliki nafsu tinggi. Ketiga tokoh Mada yang haus akan ketampanan sehingga digambarkan sebagai sosok yang bersembunyi di balik topeng ketampanan. 

Selanjutnya keempat, tokoh Lobha direpresentasikan oleh manusia berkepala babi, simbol dari kerakusan. Lalu tokoh kelima Matsarya diperlihatkan dengan dada yang menyala, melambangkan sifat iri yang membakar hati. Keenam, tokoh Moha ditampilkan sebagai tengkorak dengan otak yang mencuat keluar, menggambarkan kebingungan atau beban pikiran berlebih. Terakhir, Bhutaning Kala, tokoh utama yang berada di puncak ogoh-ogoh, bersayap sebagai simbol ambisi manusia yang selalu ingin berada di atas. 

Sosok ini juga memegang empat tapel wajah yang mewakili suka, duka, lara, dan pati, sebagai siklus kehidupan manusia. “Bagian belakang ogoh-ogoh terdapat ukiran senja, yang melambangkan transisi menuju kegelapan, dari kondisi cerah ke keterpurukan. Konsep ini diambil dari ajaran Pasek Asta yang mencerminkan kondisi kehidupan masyarakat Bali saat ini,” ujar Mang Pendol, Jumat (14/3) siang. 

Ogoh-ogoh 'Tattwaning Kalisangara'. –WINDU 

Dengan karakter yang lebih banyak dan berat dibanding tahun sebelumnya, Mang Pendol menyebutkan jika pembuatan ogoh-ogoh ini menjadi tantangan tersendiri. Sosok Krodha, yang berwarna merah, menjadi bagian yang paling sulit dibuat karena sering mengalami pembongkaran untuk penyesuaian bentuk. Ditanya soal proses pengerjaannya, pria kelahiran 3 Juni 1998 ini mengaku kalau ogoh-ogoh itu memakan waktu sekitar dua bulan, dimulai dari 24 Desember 2024 hingga 3 Maret 2025. Dia menilai, untuk menyelesaikan karya megah dalam waktu yang cukup singkat, tim penggarap membagi tugas dengan masing-masing dua orang bertanggung jawab untuk satu tokoh. Sementara sisanya menggarap ornamen lain seperti payasan, beti, dan lainnya.

Dalam aspek mekanik, ogoh-ogoh tersebut juga dikatakan menggunakan delapan mesin, di antaranya wiper mobil untuk menggerakkan tapel keseluruhan ogoh-ogoh, kemudian gearbox untuk menggerakkan sayap, serta wiper berukuran besar untuk tapel utama.

“Bahan utama yang kami gunakan adalah rotan untuk membentuk rangka ogoh-ogoh, lalu ada koran, kertas coklat, tisu, dan cat. Sementara untuk bagian sayap, menggunakan kain dan kertas karton untuk diukir. Semua bahan kami pakai yang alami,” papar pria lulusan Akuntansi Universitas Warmadewa tahun 2021 ini. Mang Pendol mengatakan, pesan moral dari ogoh-ogoh 'Tattwaning Kalisangara' itu adalah bahwa manusia harus menyadari siklus kehidupan dan mampu mengendalikan Sad Ripu agar tidak menguasai dirinya. Dengan demikian, manusia dapat hidup sesuai dengan ajaran agama dan perintah Tuhan. Dengan karya spektakuler ini, dia berharap bisa meraih hasil terbaik dalam lomba Ogoh-Ogoh tingkat Kabupaten Badung.

“Saat ini, ogoh-ogoh kami telah menyandang status nominasi 1 di Zona 7 Kuta Selatan. Semoga karya ini mampu mengharumkan nama Banjar Bualu dan meraih juara pertama di Badung,” harapnya. Dalam kesempatan yang sama, Ketua ST Yowana Pratyaksa, I Putu Indra Pradnya Septiana mengungkapkan bahwa sejak awal, seluruh anggota sepakat untuk all out pada tahun ini. Antusiasme tinggi terlihat dari banyaknya anggota yang ikut serta dalam seluruh proses, mulai dari perancangan hingga penyelesaian. Total dana yang dihabiskan untuk pembuatan ogoh-ogoh mencapai Rp 140 juta, belum termasuk biaya pengarakan saat pengerupukan. 

“Dana ini diperoleh dari berbagai sumber, karena kita berada di lingkungan pariwisata jadi dukungan dari instansi hotel yang berada di wilayah pariwisata, lalu penggalian dana melalui bazar dan penjualan baju dari 521 KK di wilayah Banjar Bualu. Pendanaan terbesar diperoleh dari hasil penjualan baju dan bazar, serta sumbangan dari berbagai instansi,” ungkapnya. Indra menyebut jika pemuda Bualu memiliki ambisi besar untuk meraih juara pertama di tingkat kabupaten. Dia menyebutkan bahwa persiapan tidak hanya melibatkan arsitek dan penggarap, tetapi juga dukungan tenaga dan keuangan yang bersinergi untuk memastikan mereka bisa lolos ke tahap berikutnya.

“Tahun lalu kami meraih juara 3 di zona dan juara 2 di Badung. Tahun ini, kami mengalami peningkatan signifikan dengan menjadi nomor 1 di Zona 7 Kuta Selatan. Harapan besar kami adalah bisa meraih juara 1 di tingkat Kabupaten Badung,” pungkasnya. 7 ol3
Read Entire Article