Desa Pemecutan Kaja Rayakan HUT ke-45 Penuh Makna

1 week ago 3
ARTICLE AD BOX
Kegiatan dimulai sejak pagi dengan senam sehat, diikuti safari kesehatan, donor darah, pemeriksaan kesehatan gratis, dan pembagian paket sembako bagi rumah tangga miskin (RTM). Panitia juga menyerahkan hadiah kepada para pemenang lomba Ogoh-Ogoh dan pragmentari Ogoh-Ogoh antar Sekaa Teruna (ST) se-Desa Pemecutan Kaja yang sebelumnya digelar saat malam pengerupukan.

Rangkaian acara ditutup secara simbolis dengan pelepasan balon dan pemotongan tumpeng sebagai bentuk syukur atas perjalanan Desa Pemecutan Kaja sejak dimekarkan dari wilayah induknya pada 1980.

Perbekel Desa Pemecutan Kaja, Anak Agung Ngurah Arwatha, menyampaikan bahwa perayaan tahun ini menjadi momentum reflektif untuk memperkuat semangat melayani dan menyejahterakan masyarakat.

“HUT ke-45 ini kami rayakan dengan kegiatan yang sejalan dengan visi misi desa, seperti safari kesehatan dan pembagian sembako. Tujuannya agar manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat, dan sekaligus mendukung program Pemerintah Kota Denpasar, Vasudhaiva Kutumbakam,” ujar Agung Arwatha.

Dalam pelaksanaan acara, pihak desa juga bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) serta memberikan penghargaan kepada masyarakat yang telah berkontribusi aktif dalam kegiatan desa.
Menurut Agung Arwatha, pemilihan lokasi di Puri Agung Jro Kuta bukan tanpa alasan. Selain secara administratif berada dalam wewidangan Desa Pemecutan Kaja, puri juga dinilai sebagai pusat budaya yang mendukung pelestarian seni lokal.

“Puri sejak dulu jadi sumber budaya dan seni. Pengelingsir Puri juga sangat mendukung perayaan ini, termasuk lomba Ogoh-Ogoh yang kami tempatkan di area puri. Kami harap puri tetap menjadi pusat pelestarian budaya di tengah modernisasi,” jelasnya.

Ia juga menyoroti perkembangan positif di bidang ekonomi sejak pandemi Covid-19 berkat keberadaan BUMDes yang menaungi UMKM. Menurutnya, kegiatan seni dan budaya kini mulai bangkit kembali, termasuk kembalinya lomba Ogoh-Ogoh dan pragmentari STT setelah sempat vakum.

“Dulu, sebelum pandemi, HUT desa sempat dirayakan dengan festival kuliner UMKM dan persiapan panjang. Tahun ini memang sederhana, tapi kami gunakan momen ini untuk merenung—apa yang sudah kami capai, dan apa yang masih jadi pekerjaan rumah,” katanya.

Agung Arwatha berharap ke depan, peringatan HUT desa bisa digelar dengan lebih semarak tanpa kehilangan esensi kebersamaan dan pelestarian budaya.  *m03

Read Entire Article