ARTICLE AD BOX
Ogoh-ogoh bertajuk Tattwaning Kalisenggara karya ST Yowana Pratyaksa, Banjar/Desa Adat Bualu; Harana Sasrabahu dari ST Putra Mandala, Banjar Kelod, Desa Adat Ungasan; dan Kala Lipyakara dari ST Dharma Pertiwi, Banjar Kauh, Desa Adat Pecatu tampak sudah terparkir di Puspem Badung, Kamis pagi.
Ketiga karya ogoh-ogoh dari Zona 7 Kuta Selatan tersebut merupakan Nominasi I, II, dan III yang akan dipertandingkan lagi dengan para nominasi terbaik dari enam zona lainnya di Lomba Ogoh-Ogoh Tingkat Kabupaten Badung, Sabtu (15/3/2024) ini.
Akan tetapi, untuk memboyong ketiga ogoh-ogoh ini dari ujung selatan Badung ke Puspem Badung di Kelurahan Sempidi, Mengwi tidaklah mudah. Selain jarak tempuh yang jauh, kepadatan kendaraan, kabel utilitas, sampai pohon perindang jalan yang rendah menjadi tantangan di perjalanan.
ST Putra Mandala, Banjar Kelod, Desa Adat Ungasan menghabiskan waktu 11 jam di perjalanan. Mereka memboyong Harana Sasrabahu dari Desa Ungasan, Kuta Selatan mulai Rabu (12/3/2025) pukul 22.00 WITA dan baru tiba di Puspem Badung sekitar pukul 09.00 WITA, Kamis pagi.
“Dari selatan, jarak yang kami tempuh sangat jauh. Kami banyak menemui kabel-kabel dan ranting-ranting pohon perindang jalan,” ujar Ketua ST Putra Mandala, Ungasan I Nyoman Purnata, 22, ketika ditemui di Puspem Badung.
Rintangan semacam ini memakan banyak waktu perjalanan. Kata Purnata, untuk bergerak sejauh 8 kilometer dari Balai Banjar Kelod, Desa Adat Ungasan ke simpang McDonald’s Jimbaran saja memerlukan waktu selama tiga jam.
Di sisi lain, ST Yowana Pratyaksa, Banjar/Desa Adat Bualu dan ST Dharma Pertiwi, Banjar Kauh, Desa Adat Pecatu yang berangkat bersamaan menghabiskan waktu di perjalanan selama 12 jam. Tantangan yang dihadapi pun masih sama dengan ST Putra Mandala.
“Perjalanan kami sekitar 12 jam, bareng-bareng dengan Bualu (ST Yowana Pratyaksa),” ungkap Ketua ST Dharma Pertiwi, Pecatu Putu Bayu Dea Laksana, 22, kepada NusaBali.com.
Keduanya mulai bergerak dari Kuta Selatan pukul 00.30 WITA, Kamis dinihari, dan tiba di Puspem Badung pukul 12.00 WITA lebih, Kamis siang. Durasi perjalanan dan tenaga yang dihabiskan belum termasuk persiapan awal sebelum berangkat mulai dari menyiapkan truk towing, patwal, dan kendaraan pengangkut lainnya.
Dea Laksana bahkan menyayangkan kondisi pohon perindang jalan yang belum diatensi pihak terkait. Sebab, kata dia, pohon perindang jalan di dekat Puspem Badung masih rindang dan tidak dirompes. Sehingga, menyulitkan pergerakan kendaraan membawa ogoh-ogoh.
“Janganlah di Pecatu, akses jalan di Sempidi ini saja pohon-pohonnya, kabelnya juga belum diatensi. Ini sangat berefek pada perjalanan kami,” beber Dea Laksana.
Pohon perindang yang belum dirompes di jalan-jalan dekat Puspem Badung ini berdampak besar bagi pergerakan ogoh-ogoh Tattwaning Kalisenggara karya ST Yowana Pratyaksa, Bualu. Jari tangan dari figur ogoh-ogoh utama hancur terbentur dahan pohon.
“Sampai di jalan-jalan di Sempidi dekat Puspem pun, ogoh-ogoh kami ada yang hancur karena pohon-pohon di tepi jalan itu masih rindang,” tutur Ketua ST Yowana Pratyaksa, Bualu I Putu Indra Pradnya Septiana, 23, ketika ditemui di sela kesibukan bongkar muat, Kamis siang.
Selain itu, hal yang lebih mengkhusus lagi perlu dilakukan ST Yowana Pratyaksa, Bualu. Sebab, Tattwaning Kalisenggara didesain melebar 4,5 meter dengan tujuh karakter ogoh-ogoh. Sehingga, mereka memutuskan memotong tiga dari tujuh karakter tersebut agar bisa diboyong secara terpisah dengan truk engkel.
Indra menjelaskan, Tattwaning Kalisenggara yang meraih Nominasi I di Zona 7 Kuta Selatan telah dikonsep jauh-jauh hari dan sudah digarap sejak Desember 2024. Ia tidak terpikir akan ada lomba ogoh-ogoh tingkat kabupaten yang dipusatkan semacam ini, lantaran baru diinformasikan sekitar Januari 2025.
“Saran saya (ke panitia), ke depan agar dipertimbangkan lagi pembawaan ogoh-ogoh ke Puspem. Apalagi, kami-kami ini yang dari Zona 7, jaraknya lumayan jauh,” kata Indra.
Para peserta Lomba Ogoh-Ogoh Tingkat Kabupaten Badung ini memahami bahwa gelaran kali ini adalah perdana dengan waktu persiapan yang tidak optimal. Mereka berharap ke depan agar dimaksimalkan, terutama apakah masih realistis apabila ogoh-ogoh terbaik di setiap zona digabung di satu lokasi.
Sementara itu, biaya mengangkut ogoh-ogoh ke Puspem Badung kebanyakan sudah tertutupi tambahan dana Rp 10 juta dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung bagi sekaa teruna/yowana yang ogoh-ogohnya masuk nominasi. Meski begitu, ada juga yang mengaku masih minus lantaran satu dan lain hal. *rat
Ketiga karya ogoh-ogoh dari Zona 7 Kuta Selatan tersebut merupakan Nominasi I, II, dan III yang akan dipertandingkan lagi dengan para nominasi terbaik dari enam zona lainnya di Lomba Ogoh-Ogoh Tingkat Kabupaten Badung, Sabtu (15/3/2024) ini.
Akan tetapi, untuk memboyong ketiga ogoh-ogoh ini dari ujung selatan Badung ke Puspem Badung di Kelurahan Sempidi, Mengwi tidaklah mudah. Selain jarak tempuh yang jauh, kepadatan kendaraan, kabel utilitas, sampai pohon perindang jalan yang rendah menjadi tantangan di perjalanan.
ST Putra Mandala, Banjar Kelod, Desa Adat Ungasan menghabiskan waktu 11 jam di perjalanan. Mereka memboyong Harana Sasrabahu dari Desa Ungasan, Kuta Selatan mulai Rabu (12/3/2025) pukul 22.00 WITA dan baru tiba di Puspem Badung sekitar pukul 09.00 WITA, Kamis pagi.
“Dari selatan, jarak yang kami tempuh sangat jauh. Kami banyak menemui kabel-kabel dan ranting-ranting pohon perindang jalan,” ujar Ketua ST Putra Mandala, Ungasan I Nyoman Purnata, 22, ketika ditemui di Puspem Badung.
Rintangan semacam ini memakan banyak waktu perjalanan. Kata Purnata, untuk bergerak sejauh 8 kilometer dari Balai Banjar Kelod, Desa Adat Ungasan ke simpang McDonald’s Jimbaran saja memerlukan waktu selama tiga jam.
Di sisi lain, ST Yowana Pratyaksa, Banjar/Desa Adat Bualu dan ST Dharma Pertiwi, Banjar Kauh, Desa Adat Pecatu yang berangkat bersamaan menghabiskan waktu di perjalanan selama 12 jam. Tantangan yang dihadapi pun masih sama dengan ST Putra Mandala.
“Perjalanan kami sekitar 12 jam, bareng-bareng dengan Bualu (ST Yowana Pratyaksa),” ungkap Ketua ST Dharma Pertiwi, Pecatu Putu Bayu Dea Laksana, 22, kepada NusaBali.com.
Keduanya mulai bergerak dari Kuta Selatan pukul 00.30 WITA, Kamis dinihari, dan tiba di Puspem Badung pukul 12.00 WITA lebih, Kamis siang. Durasi perjalanan dan tenaga yang dihabiskan belum termasuk persiapan awal sebelum berangkat mulai dari menyiapkan truk towing, patwal, dan kendaraan pengangkut lainnya.
Dea Laksana bahkan menyayangkan kondisi pohon perindang jalan yang belum diatensi pihak terkait. Sebab, kata dia, pohon perindang jalan di dekat Puspem Badung masih rindang dan tidak dirompes. Sehingga, menyulitkan pergerakan kendaraan membawa ogoh-ogoh.
“Janganlah di Pecatu, akses jalan di Sempidi ini saja pohon-pohonnya, kabelnya juga belum diatensi. Ini sangat berefek pada perjalanan kami,” beber Dea Laksana.
Pohon perindang yang belum dirompes di jalan-jalan dekat Puspem Badung ini berdampak besar bagi pergerakan ogoh-ogoh Tattwaning Kalisenggara karya ST Yowana Pratyaksa, Bualu. Jari tangan dari figur ogoh-ogoh utama hancur terbentur dahan pohon.
“Sampai di jalan-jalan di Sempidi dekat Puspem pun, ogoh-ogoh kami ada yang hancur karena pohon-pohon di tepi jalan itu masih rindang,” tutur Ketua ST Yowana Pratyaksa, Bualu I Putu Indra Pradnya Septiana, 23, ketika ditemui di sela kesibukan bongkar muat, Kamis siang.
Selain itu, hal yang lebih mengkhusus lagi perlu dilakukan ST Yowana Pratyaksa, Bualu. Sebab, Tattwaning Kalisenggara didesain melebar 4,5 meter dengan tujuh karakter ogoh-ogoh. Sehingga, mereka memutuskan memotong tiga dari tujuh karakter tersebut agar bisa diboyong secara terpisah dengan truk engkel.
Indra menjelaskan, Tattwaning Kalisenggara yang meraih Nominasi I di Zona 7 Kuta Selatan telah dikonsep jauh-jauh hari dan sudah digarap sejak Desember 2024. Ia tidak terpikir akan ada lomba ogoh-ogoh tingkat kabupaten yang dipusatkan semacam ini, lantaran baru diinformasikan sekitar Januari 2025.
“Saran saya (ke panitia), ke depan agar dipertimbangkan lagi pembawaan ogoh-ogoh ke Puspem. Apalagi, kami-kami ini yang dari Zona 7, jaraknya lumayan jauh,” kata Indra.
Para peserta Lomba Ogoh-Ogoh Tingkat Kabupaten Badung ini memahami bahwa gelaran kali ini adalah perdana dengan waktu persiapan yang tidak optimal. Mereka berharap ke depan agar dimaksimalkan, terutama apakah masih realistis apabila ogoh-ogoh terbaik di setiap zona digabung di satu lokasi.
Sementara itu, biaya mengangkut ogoh-ogoh ke Puspem Badung kebanyakan sudah tertutupi tambahan dana Rp 10 juta dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung bagi sekaa teruna/yowana yang ogoh-ogohnya masuk nominasi. Meski begitu, ada juga yang mengaku masih minus lantaran satu dan lain hal. *rat