ARTICLE AD BOX
Alda Putri, 28, salah satu pedagang kambing di Jalan Maruti yang dikenal juga sebagai kawasan Kampung Jawa, mengatakan harga kambing yang dijualnya berkisar Rp3 juta hingga Rp5 juta per ekor. Menurutnya, harga tersebut tidak jauh berbeda dibandingkan tahun lalu, kecuali dari sisi ukuran dan kesehatan hewan.
“Kambing yang sehat dan sesuai usia jadi faktor utama yang menentukan harga dan permintaan. Jelang musim kurban, penjualan biasanya melonjak,” ujar Alda saat ditemui pekan lalu.
Ia menambahkan, tren masyarakat saat ini cenderung lebih memperhatikan kualitas kambing, terutama untuk keperluan ibadah seperti kurban dan aqiqah. Karena itu, Alda fokus pada pemeliharaan dan pemasaran yang tepat sasaran.
Dalam upaya meningkatkan penjualan, Alda memanfaatkan media sosial, terutama Instagram, melalui akun @jual_kambing. Ia juga memasang plang di sekitar lokasi usahanya untuk menarik perhatian warga yang melintas.
“Media sosial sangat efektif, terutama untuk menjangkau anak muda yang aktif secara digital,” jelasnya.
Meski demikian, bisnis jual beli kambing tidak lepas dari tantangan. Biaya pemeliharaan, seperti pakan dan perawatan hewan, serta kebutuhan modal menjadi beban yang harus diperhitungkan. “Kami harus pastikan biaya yang dikeluarkan sebanding dengan keuntungan,” ujarnya.
Selain itu, para pedagang juga harus mematuhi aturan seperti izin berdagang dan mengikuti standar pemotongan hewan sesuai ketentuan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Alda mengaku harus terus berinovasi agar tetap bersaing di pasar. “Kami tidak hanya bersaing dari harga, tapi juga pelayanan dan kualitas. Pelanggan harus puas dan percaya,” katanya.
Kombinasi antara tradisi dan adaptasi teknologi menjadi kunci bertahan dalam usaha ini. Alda Putri pun menjadi contoh bagaimana pengusaha muda dapat berkembang di tengah tantangan pasar yang semakin kompetitif. *m08
Artikel ini merupakan hasil liputan mahasiswa Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, program Praktik Kerja Lapangan di NusaBali.com