Guru SD Negeri 10 Sanur, Denpasar Ciptakan Media Pembelajaran Numerasi Kimatika Berbasis Kartu

2 days ago 3
ARTICLE AD BOX
DENPASAR, NusaBali
Tiga orang guru dari SD Negeri (SDN) 10 Sanur, Kota Denpasar, yakni I Wayan Sentana Putra, I Wayan Agustama, dan Putu Ayu Desi Wahyuni berhasil menciptakan media pembelajaran numerasi berbasis kartu atau Kimatika yang terinspirasi dari permainan ceki. Numerasi sendiri merupakan kemampuan mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan hitung bilangan dalam kehidupan sehari-hari.

Ceki merupakan permainan kartu tradisional yang telah diakui Forum Olahraga Rekreasi Indonesia (Formi) khususnya di Provinsi Bali. Permainan yang sempat identik dengan judi ini kini jadi olahraga otak yang kerap dilombakan dalam bentuk turnamen ceki di berbagai daerah di Pulau Dewata. I Wayan Senatana Putra,33, guru kelas V di SD Negeri 10 Sanur mengaku menggemari ceki sebagai olahraga rekreasi bersama rekannya I Wayan Agustama kala waktu luang. Kegemaran memainkan 120 kartu dengan corak unik tersebut menggelitik jiwa keguruan mereka untuk melahirkan Ceki Matematika alias Kimatika. 

“Kebetulan, permainan kartu ini bisa diintegrasikan dengan pelajaran di kelas. Apalagi, pola belajar anak-anak SD itu memerlukan sesuatu yang konkret, berbentuk, sehingga lebih mudah dipahami,” beber Sentana ketika ditemui di sela Denpasar Education Festival (DEF) di Gedung Dharmanegara Alaya, Rabu (7/5/2025). 

Kata Sentana, kemampuan numerasi di SD Negeri 10 Sanur sekarang ini berada di level sedang setelah sempat di level rendah. Situasi ini, kata dia, menjadi pendorong penciptaan media pembelajaran numerasi yang kebetulan lahir dari kombinasi kegemaran ceki dan profesi sebagai guru berlatar belakang disiplin matematika. 

Tiga guru SDN 10 Sanur I Wayan Sentana Putra (kiri), Putu Ayu Desi Wahyuni (tengah), I Wayan Agustama (kanan). –NGURAH RATNADI 

Cara kerja Kimatika mengadopsi teknik mencocokkan gambar pada ceki. Bedanya, ceki mencocokkan motif menjadi soca dan lawang. Sedangkan, Kimatika dilakukan dengan mencocokkan tiga gambar angka sesuai jenis bilangan atau disebut soca dan lawang untuk yang terdiri dari dua gambar. Kinematika terdiri dari 55 kartu yang terdiri dari gambar bilangan genap, ganjil, bilangan prima, dan pecahan yang juga terdapat variasinya dalam bentuk diagram sederhana. Masing-masing pemain mendapat delapan buah kartu yang telah dikocok terlebih dahulu. “Tugas pemain adalah mencocokkan bilangan yang sesuai dengan jenisnya. Jika kartu yang diterima pemain belum sesuai ekspektasi, dilakukan nyungke atau mengambil satu kartu dari tumpukan kartu, atau ngejuk (ambil) kartu dari pemain lain yang ngutang (buang) kartu,” jelas Sentana. 

Pemain bisa dikatakan game ketika berhasil mengumpulkan tiga kelompok bilangan dengan kombinasi tiga-tiga-dua atau dua soca dan satu lawang. Misalkan, pemain bisa game jika mengumpulkan tiga kartu bilangan genap, tiga kartu bilangan prima, dan dua kartu bilangan pecahan dengan nilai yang sama. Pemain juga dapat memenangkan permainan ketika berhasil mencocokkan kartu dengan kombinasi lain asal jenis bilangan yang dijadikan dua soca dan satu lawang tidak sama. Tinggal disesuaikan dengan pilihan empat jenis bilangan yang ada yakni ganjil, genap, prima, dan pecahan. 

“Kami juga mengistilahkan teknik-teknik permainan Kinematika seperti ceki yakni ngejuk, ngutang, soca, lawang, nyungke, dan nyapih. Karena strategi yang dipakai serupa, misal, pemain tidak mungkin ngutang kartu ganjil ketika lawannya sedang mencari kartu ganjil,” jelas Sentana. Selain melatih kemampuan numerasi, khususnya dalam hal identifikasi jenis-jenis bilangan, Kimatika juga disebut mampu melatih strategi dan daya penalaran siswa. Kata Sentana, Kinematika untuk sementara ini hanya didesain untuk diterapkan pada siswa kelas III. 

“Idenya Kimatika ini memang dari kegemaran saya maceki dengan Pak Agustama. Kemudian, kami kembangan menjadi media pembelajaran bersama Bu Desi dan siswa juga kami libatkan untuk menyosialisasikan dan penerapannya di sekolah,” tegas Sentana. Kata guru berprestasi kelahiran Banjar Tiyingtali Kelod, Desa Tiyingtali, Kecamatan Abang, Karangasem ini, Kimatika masih seumur jagung. Penerapannya baru tiga bulan di SDN 10 Sanur dan diharapkan mampu mengerek kemampuan numerasi siswa dari sedang menuju tinggi ke depan. 7 ol1
Read Entire Article