ARTICLE AD BOX
Prosesi upacara yang diawali dengan mapeed atau ngiring sasuhunan berupa Pelawatan Barong Ket dari Pura Ulun Swi, Jimbaran menuju Pura Luhur Uluwatu, Kecamatan Kuta Selatan, akan melibatkan ribuan krama adat. Tradisi berjalan kaki saat ngiring ini, dipastikan ruas Jalan Raya Uluwatu tidak bisa dilintasi pengendara sehingga masyarakat disarankan mencari jalur alternatif.
Ketua Pecalang Desa Adat Jimbaran, I Nyoman Suwirya menjelaskan, bahwa kegiatan ini akan berdampak signifikan terhadap arus lalu lintas di kawasan Jimbaran hingga Pecatu, khususnya di sepanjang Jalan Raya Uluwatu. Untuk memastikan kelancaran dan kesakralan prosesi tersebut, Pecalang Desa Adat Jimbaran bekerja sama dengan aparat keamanan telah memutuskan untuk menutup sementara akses lalu lintas dari Jalan Uluwatu I hingga Jalan Raya Uluwatu Pecatu selama upacara berlangsung. “Untuk kegiatan pemintonan Ida Bhatara Dewa Ayu tujuan ke Pura Dalem Uluwatu, kami dari Desa Adat Jimbaran khususnya pecalang, yang menjadi pengamanan dalam rangkaian acara ini, sudah pasti akan melakukan penutupan jalan. Dari Jalan Uluwatu I, tepat di depan Pura Ulun Swi, sudah kami sterilkan. Tidak ada kendaraan yang melintas,” ujar Suwirya ditemui saat rapat persiapan upacara di Pura Ulun Swi, Jimbaran, Senin (5/5) malam.
Suwirya menjelaskan, iring-iringan tradisi berjalan kaki akan bergerak mulai dari Pura Ulun Swi, Kelurahan Jimbaran sekitar pukul 05.00 Wita ke arah Simpang Patung Nakula Sahadewa, dilanjutkan ke pertigaan Kampus Politeknik Negeri Bali (PNB), menuju Perempatan Nirmala, dan berakhir di Pura Luhur Uluwatu, Desa Pecatu. Iring-iringan diperkirakan tiba di Pecatu pada pukul 11.00 Wita. Diperkirakan panjang iring-iringan mencapai 5 hingga 6 kilometer, seperti pada pelaksanaan tahun 2023 silam. Keesokan harinya, pada Purnama Jiyestha, Soma Wage Medangsia, Senin (12/5), rombongan akan memulai perjalanan kembali dari Pura Parerepan Pecatu menuju Desa Adat Jimbaran pada pukul 06.00 Wita. Estimasi panjang iring-iringan saat kepulangan mencapai 3 hingga 4 kilometer. “Pengalaman dari situasi 2023, karena pada saat kami berjalan pulang dari Pecatu ke Jimbaran agak krodit, anak-anak sekolah di hari Senin. Mereka terlambat dan mendapat teguran dari guru, mudah-mudahan tahun ini kembalinya kami tidak berdampak pada anak-anak yang ke sekolah karena bertepatan dengan Purnama,” ujar Suwirya.
Untuk meminimalkan dampak kemacetan, adapun sejumlah jalur alternatif bagi masyarakat dan wisatawan yang dapat dilalui yakni dari SPBU depan Kampus PNB menuju Jalan Raya Uluwatu dialihkan ke timur melalui Jalan Raya Kampus Unud. Kemudian dari arah utara (Simpang Patung Nakula Sahadewa di Jalan Raya Uluwatu) dialihkan putar balik ke Jalan Nusa Dua lalu ke Jalan Siligita. Kemudian dari arah Hotel The Apurva Kempinski Bali menuju Jalan Raya Uluwatu Pecatu dialihkan pada area Perempatan Nirmala ke Jalan Dharmawangsa, Kutuh, atau ke arah Jalan Pantai Balangan. “Karena di Jimbaran tidak banyak jalan alternatif, paling tidak kami arahkan ke Bypass Ngurah Rai. Setelah melintasi Desa Ungasan kami dibantu oleh pecalang Desa Adat Ungasan untuk membantu mencarikan jalur alternatif kepada warga terdekat di sana. Harapan kami pengguna jalan bisa memahami dan menyesuaikan rute,” ujar Suwirya seraya menyebutkan akan mengerahkan 70 pecalang berkoordinasi dengan Bakamda, Linmas, dan Polsek Kuta Selatan. ol3