Candi Borobudur Jadi Simbol Toleransi Umat Beragama

20 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
"Borobudur sebagai warisan budaya kebanggaan bangsa Indonesia, ketika awal ditemukannya merupakan sebuah death monument, namun demikian seiring waktu, Borobudur memiliki wajah barunya sebagai living monument," kata Menbud, Fadli Zon melalui keterangan resminya, Selasa (13/5). Sejalan dengan Waisak pada tahun ini yang mengangkat tema "Tingkatkan Pengendalian Diri Dan Kebijaksanaan Mewujudkan Perdamaian Dunia,"

Menbud berharap dengan tema tersebut dapat dijadikan bahan perenungan dan introspeksi dalam mewujudkan sebuah perdamaian dunia yang hakiki. Untuk diketahui, tema besar pada Waisak nasional tahun ini, dipilih karena dianggap memiliki relevansi besar bagi kehidupan, yakni peperangan dan konflik yang terjadi akhir–akhir ini merupakan akar dari kebencian yang menjurus pada penderitaan semua makhluk.

Menurut dia, nilai-nilai agung yang terkandung dalam kemegahan candi Borobudur, dapat memberikan dampak positif bagi bangsa dan negara ini. Dia juga melanjutkan bahwasanya lokasi tersebut juga tidak hanya untuk kawasan wisata dan situs bersejarah saja, akan tetapi juga dapat menjadi pusat ziarah internasional yang diakui dunia.

Fadli Zon menegaskan jika Candi Borobudur tidak hanya menjadi tempat ziarah bagi umat Buddha saja, akan tetapi juga untuk seluruh umat manusia dengan nilai-nilai spiritual universalnya. "Saya berkomitmen untuk terus mempromosikan Borobudur sebagai tempat yang membawa kedamaian, inspirasi, dan pencerahan bagi siapa pun yang mengunjunginya," tutur Menbud.

Dalam lokasi yang sama, Ketua Umum DPP WALUBI (Perwalian Umat Buddha Indonesia) yang juga Ketua Panitia Waisak Nasional, Dra S Hartati Murdaya, menyambut baik keinginan Menbud terkait pemanfaatan Candi Borobudur untuk dijadikan simbol toleransi.

Dia mengatakan bahwa WALUBI juga berkomitmen untuk terus melaksanakan aksi kemanusiaan, baik dalam bentuk bakti sosial maupun bantuan bagi korban bencana di tanah air. "Dengan semangat kasih sayang dan kepedulian, kita dapat menjadi pelita bagi sesama dan menciptakan dunia yang lebih baik," tutupnya.

Ribuan umat Buddha mengikuti detik-detik Waisak 2569 BE/2025 di pelataran Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ketua Umum Mahabhudi Biksu Samanta Kusala Mahastavira di Magelang, Selasa, menyampaikan setelah mengikuti detik-detik Waisak masing-masing majelis membacakan doa secara bergiliran.

Detik-detik Waisak ditandai dengan pemukulan gong tepat pukul 23.55.29 WIB. Detik-detik Waisak digelar di altar pelataran Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. Ia mengatakan mengiringi detik-detik Waisak untuk memperingati tiga momentum penting yaitu kelahiran orang suci, pencapaian kebuddhaan dan meninggalnya Buddha Gautama. Para biksu dan umat Buddha melantumkan doa dan parita suci.

Ia menyampaikan untuk tema Waisak tahun 2025 adalah tingkatkan pengendalian diri dan kebijaksanaan mewujudkan perdamaian dunia "Tema ini sangat relevan pada zaman sekarang ini di mana kita tahu kondisi di dunia ini sedang mengalami berbagai konflik," katanya. Selain mengikuti detik-detik Waisak, ribuan umat juga mendapatkan air berkah yang dijadikan sarana puja bakti kepada triratna dengan alunan ayat-ayat suci.

Air tersebut menjadi lambang kerendahan hati yang dapat memberikan kesejukan bagi kehidupan spiritual manusia. ‎Para biksu dan umat Buddha menggelar pradaksina di kompleks Candi Borobudur untuk menutup rangkaian Tri Suci Waisak 2569 BE/2025. 7 ant
Read Entire Article