ARTICLE AD BOX
Perayaan ini diawali dengan kebaktian pagi dan pembacaan doa oleh seorang Bhikkhuni atau biarawati Buddha, kemudian dilanjutkan dengan ritual memandikan Buddha Rupang menggunakan air bunga.
Tiga patung kecil Buddha menjadi simbol utama dalam prosesi tersebut. Setelah Bhikkhuni Bhadravajira menyiramkan air bunga ke patung-patung itu sebagai bentuk penghormatan, umat secara bergiliran mengikuti ritual tersebut.
Bhikkhuni Bhadravajira menjelaskan makna dari ritual memandikan Buddha Rupang adalah ajakan untuk membersihkan pikiran dari tiga racun utama yakni loba (keserakahan), dosa (kebencian), dan moha (kebodohan). Bhikkhuni Bhadravajira menyampaikan bahwa yang perlu dilakukan oleh umat adalah senantiasa berbuat baik dan melakukan kebajikan, karena melalui kebajikan itulah kebodohan dalam diri dapat dihapus, sebagaimana makna simbolis dari menyirami Buddha Rupang atau Bhodisattva.
“Sebagai siswa Buddha yang perlu kita lakukan harus menghapus semua kekotoran batin kita. Terutama batin kita yang berkaitan dengan keserakahan, kebencian, kebodohan, sehingga kita sebagai manusia tidak terikat oleh hal-hal tersebut,” ujarnya ditemui di lokasi pada Senin pagi.
Selain memandikan Buddha Rupang, momen Waisak di vihara ini juga ditandai dengan penyalaan 1.000 lilin oleh umat. Lilin-lilin yang menyala membawa makna penerangan batin, harapan, serta semangat kebajikan yang menerangi tidak hanya diri sendiri, tetapi juga seluruh makhluk.
“Untuk 1.000 lilin yang dinyalakan itu maknanya sebagai penerangan menerangi diri sendiri dan semua makhluk. Ketika kita membuat sebuah kebajikan maka itu bisa dirasakan oleh semua makhluk,” kata Bhikkhuni Bhadravajira.
Adapun Tema Waisak tahun ini yang diusung oleh Sangha Agung Indonesia adalah ‘Semangat Kebersamaan untuk Indonesia Maju.’ Tema ini menegaskan pentingnya toleransi antarumat beragama dan antar suku bangsa di Indonesia. “Terciptanya Indonesia maju, bukan hanya dari segi pembangunan saja, tetapi itu dari setiap individu. Kalau setiap individu melakukan kebajikan dengan berbuat baik maka negara Indonesia yang kita cintai ini lebih maju,” pesannya.
Disinggung terkait rangkaian ibadah, Bhikkhuni Bhadravajira menjelaskan jika perayaan Waisak di Vihara Buddha Dharma sudah dimulai sejak Minggu (11/5) malam dengan rangkaian puja bakti dan pradaksina yakni ritual berjalan mengelilingi vihara sebanyak tiga kali sebagai bentuk penghormatan kepada Triratna: Buddha, Dhamma, dan Sangha. Keesokan harinya umat kembali berkumpul untuk pembacaan parita (kitab suci) serta kegiatan pindapata, yakni tradisi turun-temurun para bhikku yang berjalan mengumpulkan dana makanan dari umat.
“Umat tentu sangat antusias menyambut Hari Raya Tri Suci Waisak, karena kita ketahui ini adalah tiga peristiwa perjalanan kehidupan Buddha. Karena kita tahu Beliau adalah putra mahkota dan seorang pangeran bisa meninggalkan kehidupan duniawi untuk mencapai pencerahan. Bukan hanya untuk diri Beliau sendiri tetapi untuk kepentingan semua makhluk,” kata Bhikkhuni Bhadravajira. 7 ol3