Bali Masih Berpotensi Diguyur Hujan, Masuk Musim Kemarau

4 days ago 1
ARTICLE AD BOX
MANGUPURA, NusaBali
Meskipun secara klimatologis wilayah Bali telah memasuki musim kemarau sejak April hingga awal Mei 2025, namun hujan masih kerap terjadi di sejumlah wilayah Pulau Dewata. Fenomena ini dipengaruhi salah satunya atmosfer yang masih mendukung terbentuknya awan hujan.

Prakirawan Cuaca Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Kadek Setiya Wati, menjelaskan bahwa musim kemarau bukan berarti hujan tidak terjadi sama sekali. “Perlu diingat bahwa musim kemarau tidak berarti bahwa tidak terjadi hujan sama sekali. Potensi hujan dengan skala lokal dan bahkan cuaca ekstrem (dalam hal ini hujan lebat) masih berpotensi terjadi pada musim peralihan seperti saat ini, hujan dengan intensitas ringan hingga sedang masih berpeluang terjadi di sebagian besar wilayah Bali,” ujar Kadek dikonfirmasi Rabu (14/5) siang.

Menurut analisis dinamika atmosfer terbaru per 14 Mei 2025, terdapat pertemuan angin di perairan utara Bali yang mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah Bali. Selain itu, suhu muka laut di sekitar Bali yang hangat yakni berkisar antara 29 hingga 30 derajat celcius turut meningkatkan penguapan yang mendukung proses pembentukan awan hujan. Pihaknya juga mencatat jika massa udara basah terkonsentrasi mulai dari lapisan permukaan hingga lapisan 200mb atau sekitar 12.000 meter.

Sementara itu, data Hari Tanpa Hujan (HTH) dari Stasiun Klimatologi Bali yang diperbarui pada 10 Mei 2025, menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Bali masih mengalami hujan. Kategori HTH di Bali berkisar dari ‘Masih Ada Hujan’ hingga ‘Kekeringan Sangat Pendek’ (1-5 hari tanpa hujan). Kadek menjelaskan, daerah yang telah masuk kategori kekeringan sangat pendek antara lain Tejakula, Sukawati, Blahbatuh, Banjarangkan, dan sebagian wilayah Karangasem.

“Distribusi Curah Hujan di wilayah Bali secara umum antara 8.0 hingga 279.9 mm per dasarian. Untuk update HTH selanjutnya akan dilakukan oleh Staklim Bali pada tanggal 20 Mei nanti,” jelasnya.

Dari sisi pola musim, wilayah Bali bagian utara, timur, dan selatan umumnya telah lebih dahulu memasuki musim kemarau sejak April. Adapun wilayah tengah Bali, termasuk sebagian Bangli dan Tabanan, baru mulai memasuki kemarau pada awal hingga pertengahan Mei. Meskipun demikian, Kadek memperingatkan bahwa potensi hujan skala lokal hingga cuaca ekstrem masih dapat terjadi selama masa transisi ini.

“Secara umum hingga tiga hari ke depan, cuaca di wilayah Bali diprediksi dominan berawan dan berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat di sebagian besar wilayah Bali,” ungkapnya.

Angin permukaan di wilayah Bali saat ini dikatakan didominasi bertiup dari arah Timur Laut hingga Tenggara dengan kecepatan antara 2-35 kilometer per jam. Kondisi ini juga berdampak pada potensi gelombang tinggi di laut. Kadek pun mengimbau kepada masyarakat agar tetap memperhatikan kondisi kesehatan dalam menghadapi adanya potensi cuaca ekstrem.

Sementara untuk para petani diimbau agar memaksimalkan air irigasi, mempersiapkan embung dan tampungan air, sehingga saat musim kemarau tidak kesulitan dalam pemenuhan air untuk pertanian.

“Masyarakat umum, nelayan dan pelaku kegiatan wisata bahari waspadai potensi peningkatan kecepatan angin dan tinggi gelombang mencapai 2 meter atau lebih di perairan Selatan Bali. Serta selalu mengupdate informasi BMKG khususnya peringatan dini cuaca atau iklim ekstrem,” imbau Kadek. 7 ol3
Read Entire Article