ARTICLE AD BOX
Turut hadir dalam momen sakral tersebut Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa, Ketua DPRD Badung I Gusti Anom Gumanti, Sekda Badung Ida Bagus Surya Suamba, Ketua TP PKK Badung Ny Rasniathi Adi Arnawa, serta jajaran perangkat daerah, Camat se-Badung, Bendesa Adat Pecatu, dan ratusan krama pamedek.
Bupati Adi Arnawa menyampaikan harapan agar pelaksanaan Pujawali menjadi momentum untuk memperkuat spiritualitas dan harmoni antara manusia dan alam. “Kami berharap Ida Sang Hyang Widhi Wasa menganugerahkan kekuatan, keselamatan, dan kesejahteraan kepada kita semua, agar mampu melaksanakan swadharma masing-masing. Juga agar Bali, Badung, Denpasar, dan seluruh Nusantara selalu dalam lindungan-Nya,” ujarnya usai sembahyang bersama.
Pujawali kali ini juga dirangkaikan dengan upacara Mulang Pakelem yang dilaksanakan langsung ke tengahing segara ( tengah laut). Bupati Adi Arnawa menjelaskan, akses pelaksanaan upacara kini dimungkinkan dilaksanakan di akses Seawall yang dibangun Pemerintah Kabupaten Badung untuk mencegah abrasi, sekaligus menjaga keutuhan kawasan suci Pura Luhur Uluwatu. Lebih lanjut disampaikan, Pemerintah Kabupaten Badung, hadir ngrastiti bakti serangkaian Pujawali. “Kalau sebelumnya upacara dilakukan di atas pura (Utama Mandala), sekarang kita bisa langsung ke bawah. Ini bagian dari komitmen kami menjaga pura dari ancaman kerusakan sekaligus menyediakan akses ke Pura Batu Metandal, yang masih memiliki kaitan spiritual dengan Pura Uluwatu,” jelas mantan birokrat asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan , Badung ini.
Terkait kelanjutan proyek pembangunan Seawall, Adi Arnawa menegaskan proyek tersebut akan dilanjutkan dengan penambahan anggaran sebesar Rp 60 miliar pada anggaran induk mendatang. “Pembangunan akan kami lanjutkan sampai Pura Batu Metandal dan akan kami hentikan di titik itu. Tidak akan ada perpanjangan lagi karena kawasan ini adalah kawasan suci. Kami tegaskan juga, tidak boleh ada aktivitas pariwisata atau pemancingan di sini,” tegas Adi Arnawa.
Sementara Panglingsir Puri Jro Kuta, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya (Turah Joko) menambahkan, Pujawali ini rutin digelar setiap enam bulan sekali. Yang berbeda pada prosesi kali ini yakni upacara Mulang Pakelem digelar di area Seawall. Ke depan, pihaknya berharap agar bisa disiapkan tempat permanen untuk upacara pakelem. Mengingat lokasi saat ini masih belum aman karena ombak yang besar. “Besar harapan kami untuk ke depannya bisa disiapkan juga tempat yang permanen sehingga kita betul-betul bisa melaksanakan pakelem itu dengan tembus di laut samudera Indonesia ini,” harapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bandesa Adat Pecatu Made Sumerta menyampaikan, untuk pujawali kali ini, pihaknya kembali menegaskan agar umat yang akan melakukan persembahyangan tidak membawa kantong plastik sebagai tempat sarana upacara. Hal ini kata dia sebagai dukungan terhadap kebijakan pemerintah Provinsi Bali Tentang Gerakan Bali Bersih Sampah. Untuk itu, pihaknya dari Desa Adat telah mempersiapkan besek (anyaman bambu) sebagai pengganti kantong plastik. @ol3